Sabtu, 11 April 2020

Faktor penyebab perubahan benda

Segala sesuatu yang ada di alam ini mengalami perubahan. Perubahan tersebut ada yang merugikan dan ada juga yang menguntungkan. Kayu menjadi lunak, besi menjadi rapuh, apel menjadi lunak dan lembek terjadi karena adanya proses penguraian pada bahan-bahan itu. Benda-benda tersebut dapat mengalami perubahan. Penyebabnya bermacam-macam. Di antaranya, pemanasan dan pendinginan, pelapukan, perkaratan, maupun pembusukan. Perubahan benda karena pengaruh panas dibedakan menjadi dua, yaitu perubahan fisika dan perubahan kimia.

Perubahan fisika adalah perubahan wujud benda yang tidak disertai perubahan sifat. Perubahan benda dapat kembali ke wujud semula atau bersifat sementara. Pada perubahan fisika, hanya terjadi perubahan yang tidak menghasilkan zat baru. Perubahan ini hanya menimbulkan perubahan wujud zat saja. Contoh logam besi dipanaskan akan membara, lunak dan mencair, warnanya pun berubah kemerahan, namun bila suhunya turun, besi akan kembali seperti semula.

Perubahan kimia adalah peristiwa perubahan pada benda (zat) yang menghasilkan zat baru yang berbeda dengan sifat asalnya. Obat nyamuk yang dibakar akan menimbulkan bau, asap, dan abu. Abu, asap, dan bau yang terjadi merupakan zat baru hasil pembakaran. Zat baru tersebut tidak dapat dikembalikan ke bentuk asalnya. Perubahan pada zat yang menimbulkan zat yang baru disebut perubahan kimia.

Benda yang ada di sekitar kita senantiasa mengalami perubahan. Perubahan itu terjadi pada wujud, warna, atau sifat. Benda dapat mengalami perubahan akibat pelapukan, perkaratan, atau pembusukan.

1. Pelapukan
Pelapukan adalah peristiwa perubahan bentuk dan sifat benda karena beberapa faktor. Benda yang umumnya mengalami pelapukan adalah kayu dan batu. Proses pelapukan ini dimulai dari bagian yang paling luar, kemudian ke bagian yang lebih dalam. Pelapukan dapat disebabkan oleh organisme (makhluk hidup) maupun anorganisme (benda mati). Waktu yang diperlukan untuk proses pelapukan itu sangat lama. Pelapukan dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu pelapukan meknik dan pelapukan biologis.
  • Pelapukan biologis disebabkan oleh aktivitas organisme, seperti jamur dan jasad renik lainnya. Contohnya, kayu yang tadinya keras, lama-kelamaan akan hancur dimakan rayap. Untuk menghindarinya, kayu tersebut harus dicat terlebih dahulu. Batuan juga dapat mengalami pelapukan biologis. Pelapukan biologi terjadi apabila batuan ditumbuhi lumut atau pohon.
  • Pelapukan mekanik terjadi akibat suhu, tekanan, angin, dan air. Pelapukan mekanik dapat berlangsung lama atau sebentar. Contohnya, batuan yang ketika dipegang dan ditekan sedikit akan hancur. Batuan tersebut sudah mengalami proses pelapukan yang sangat lama akibat terkena air, perubahan, suhu, dan tekanan. Batuan yang mengalami pemanasan pada siang hari akan memuai atau mengembang. Pada malam hari, batuan akan menyusut karena mengalami pendinginan. Apabila keadaan demikian terjadi terus-menerus, lama-kelamaan batuan menjadi lapuk, retak, kemudian pecah dan hancur menjadi tanah.
Segala sesuatu yang ada di alam ini mengalami perubahan Faktor penyebab perubahan benda
2. Perkaratan
Perkaratan terjadi pada benda logam, seperti besi, tembaga, dan kuningan. Akibat perkaratan, benda-benda logam yang semula kukuh dan kuat menjadi rapuh. Karat pada logam terjadi karena reaksi kimia, antara logam (misalnya besi) dengan udara (oksigen atau O2). Reaksi tersebut dinamakan reaksi oksidasi. Reaksi tersebut membentuk besi oksida (karat). Oksigen banyak terdapat di dalam air. Oleh karena itu, reaksi oksidasi banyak terjadi di udara lembap yang banyak mengandung air.

Banyak cara yang dilakukan untuk mencegah perkaratan. Beberapa di antaranya dengan cara melapisi besi dengan cat. Cara ini dilakukan agar besi tidak bersentuhan langsung dengan udara karena terhalang oleh cat. Beberapa cara dilakukan, misalnya melapisi dengan campuran nikel atau pernikel yang mengkilap. Tujuannya yaitu menghalangi udara bersentuhan dengan lapisan besi. Kita juga dapat mencegah perkaratan dengan menyimpan peralatan besi ditempat yang kering dan tidak lembap.

3. Pembusukan
Pembusukan lebih sering terjadi pada benda atau makanan yang basah dan lembab. Hal ini karena kadar air yang tinggi dalam makanan mempercepat proses pembusukan. Penyebab pembusukan adalah karena adanya makhluk hidup yang berukuran sangat kecil, seperti bakteri dan jamur. Jamur merupakan penyebab yang utama dari pembusukan. Jamur akan mudah berkembang pada keadaan lingkungan yang lembab.

Kandungan air yang terlalu banyak dalam bahan makanan menyebabkan pembusukan lebih mudah terjadi. Jamur dan bakteri penyebab pembusukan akan tumbuh berkembang dengan cepat jika banyak udara. Makanan yang dibiarkan di tempat terbuka, dalam waktu cukup lama akan cepat membusuk. Makanan yang mengandung air juga lebih cepat membusuk daripada yang kering. Pembusukan makanan dapat kita ketahui dari tanda-tandanya. Makanan biasanya berubah warna dan berbau.

Pembusukan dapat dicegah dengan cara-cara sebagai berikut.
  • Pengeringan. Pengeringan bahan makanan dapat dilakukan dengan menjemur langsung di bawah sinar matahari. Pengeringan juga dapat menggunakan alat, misalnya oven. Makanan kering lebih tahan lama daripada makanan basah. Hal ini karena mikroba lebih mudah hidup di tempat basah daripada kering. Pengeringan menyebabkan kadar air dalam makanan berkurang. Makanan menjadi tidak lembap.
  • Pengasinan. Cara mengawetkan makanan dengan pengasinan adalah dengan menggunakan bahan garam. Cara ini sering disebut dengan teknik penggaraman. Garam merupakan zat yang dapat menghambat organisme pembusu. Cara ini biasa digunakan para nelayan yang membuat ikan asin. Pengasinan merupakan perpaduan antara pengeringan dan penggaraman. Setelah bahan makanan digarami, baru kemudian dijemur sampai kering.
  • Pengasapan. Cara mengawetkan makanan dengan teknik pengasapan yaitu dengan cara menaruh bahan makanan pada suatu wadah, kemudian diasapi dari bawah. Salah satu contoh teknik pengasapan adalah pembuatan sale pisang secara tradisional. Proses pengasapan dimaksudkan untuk pengawetan pisang sehingga salai pisang tahan lama selain itu juga berguna untuk mematikan mikroba seperti jamur, bakteri, dan mencegah perubahan warna pisang
  • Pemanisan. Cara mengawetkan makanan dengan pemanisan yaitu memasukan makanan ke dalam cairan yang mengandung gula. Jika kadar gulanya tinggi akan dapat mencegah kerusakan makanan. Contoh cara mengawetkan makanan dengan pemanisan adalah pada manisan buah-buahan yang sering kita makan.
  • Pengalengan. Cara pengawetan makanan dengan pengalengan merupakan cara yang banyak digunakan saat ini. Pengalengan dilakukan dengan cara memasukan bahan makanan ke dalam kaleng aluminium atau benda logam lainnya terus ditambahkan zat pengawet. Contoh bahan makanan yang diawetkan dengan pengalengan adalah susu, ikan, daging, dan lain-lain.
  • Pendinginan. Cara mengawetkan makanan dengan pendinginan dapat kita temui sehari-hari. Memasukan bahan makanan ke dalam kulkas merupakan contoh pendinginan. Bahan makanan yang sering diawetkan dengan pendinginan antara lain ikan, daging, sayuran, buah dan lain-lain.