Negara Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu terbesar di Indonesia, yang bisa berdiri akibat kecerdikan Raden Wijaya. Karena saat bala tentara Kubilai Khan datang ke tanah Jawa, ia manfaatkan untuk menyerang Jayakatwang di Kediri. Semula, bala tentara Mongol itu hendak menghukum Kertanegara yang tidak mau tunduk kepada Kubilai Khan. Sekali bertindak, dua sasaran terpenuhi: kekalahan Kertanegara bisa terbalaskan dan bala tentara Kubilai Khan terpedaya. Tahun 1293, Raden Wijaya dirajakan di Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.
a. Kehidupan Politik
Ada beberapa usaha yang dilakukan oleh Kertarajasa Jayawardhana untuk mewujudkan pemerintahan Majapahit yang kuat. Selain membangun Majapahit sebagai pusat pemerintahan dan mengawini keempat putri Kertanegara, ia juga membagi kekuasaan kepada orang-orang yang berjasa kepadanya. Misalnya Ranggalawe menjadi Adipati Tuban, Sora menjadi penguasa Daha, atau Nambi menjadi patih hamangkubumi di istana. Meskipun begitu, di dalam negeri juga terjadi pemberontakan, baik pada masa Kertarajasa, Jayanegara, maupun Tribuana Tunggadewi. Salah satu pemberontakan terbesar adalah Pemberontakan Kuti yang terjadi tahun 1319. Pemberontakan ini akhirnya bisa dipadamkan oleh Gajah Mada dengan pasukan Bhayangkari. Keberhasilan Gajah Mada inilah yang membuka jalan baginya untuk menjadi tokoh penting di Kerajaan Majapahit.
Puncak kegemilangan Kerajaan Majapahit terjadi saat Hayam Wuruk menjadi raja dengan gelar Rajasanegara dan Hayam Wuruk menjadi mahapatih. Ekspansi politik dilakukan Gajah Mada dengan dasar sumpah Amukti Palapa. Seluruh Nusantara berada dalam kekuasaan Majapahit, bahkan hingga ke Semenanjung Malaka. Kerajaan Majapahit pun menjelma menjadi negara kerajaan maritim sekaligus negara kerajaan agraris. Kedaulatan negara dijaga dengan armada laut yang kuat di bawah pimpinan Mpu Nala. Sementara itu, untuk menjalin hubungan dengan negara-negara tetangga, dilakukan diplomasi mitrekasatata yaitu sahabat sehaluan yang bisa hidup berdampingan secara damai.
b. Kehidupan Sosial Budaya
Meskipun Majapahit adalah kerajaan Hindu terbesar yang ada di Jawa, tetapi di dalamnya juga hidup agama Buddha dan Islam. Menurut Ma Huan, kehidupan masyarakat berjalan rukun dan damai. Kerukunan itu tersirat di dalam kitab Sutasoma karya Mpu Tantular, ” Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma mangrua ”. Untuk menjamin kehidupan keagamaan, dibentuklah dewan Dharmadhyaksa Kasaiwan (agama Syiwa Buddha), Dharmadhyaksa Kasogatan (agama Buddha). Dampak pengaturan kehidupan keagamaan tersebut adalah munculnya toleransi antarpemeluk agama.
Sebagai kerajaan yang besar, Majapahit mampu membangun beragam bidang kehidupan. Sisa-sisanya bisa kita temukan sekarang. Misalnya tempat pemandian atau petirtaan, gapura seperti candi bentar dan bajang ratu, candi Penataran (seni bangunan), patung perwujudan Raden Wijaya sebagai Syiwa dan Wisnu, patung Tribhuwana (seni patung), kitab Arjunawiwaha, kitab Kutaramanawa, kitab Ranggalawe, kitab Sorondaka (seni sastra).
c. Kehidupan Ekonomi
Negara Kerajaan Majapahit bercorak agraris, karena aktivitas sebagian besar penduduknya bertumpu pada sektor pertanian. Komoditas utama yang dihasilkan antara lain beras dan rempah-rempah. Selain pertanian, kehidupan perekonomian Kerajaan Majapahit juga di menjalankan aktivitas perdagangan. Pelabuhan yang digunakan antara lain Tuban, Gresik, dan Surabaya dengan komoditas garam, lada, intan, cengkih, pala, kayu cendana, dan gading. Hanya saja, pedagang Majapahit bertindak sebagai pedagang perantara.