Sabtu, 04 Januari 2020

Analisis Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik 'Beras Aking' Cerpen Karya Ayu Pangestu

Artikel ini berisi lanjutan hasil analisis unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik cerpen Beras Aking karya Ayu Pangestu. Dalam artikel ini unsur intrinsik yang dibahasa meliputi latar, alur, sudut pandang, dan amanat.

Untuk mengetahu unsur instrinsik cerpen Beras Aking yang berupa tema, tokoh dan penokohan silahkan klik postingan sebelumnya.

Selamat membaca unsur intrinsik cerpen Beras Aking.

C. Unsur Intrinsik Latar dalam Cerpen Beras Aking
Unsur intrinsik latar dalam sebuah cerpen terbagi menjadi tiga jenis yaitu latar waktu, latar tempat, dan latar suasana. Termasuk di dalam latar suasana ini juga latar sosial penggambaran cerita.
Latar Tempat Cerpen Beras Aking
Di Kampung
Latar utama cerita Beras Aking terjadi di kampung tokoh aku yang bernama Wahyu. Latar penceritaan ini didasarkan percakapan yang banyak antara tokoh aku dengan ayah (abah) dan ibunya (emak). Selain percakapan, kegiatan yang dikerjakan oleh tokoh aku juga dilakukan di kampungnya.
Bukti data:
Demi mengisi hari-hariku di kampung, aku beranikan diri untuk membuka usaha beras aking, dari odal tabunganku semasa kuliah ...............................................................................................................

Di Kota Serang

Selain terjadi di kampung tempat tinggal tokoh aku, cerita juga digambarkan di beberapa kota. Meskipun diceritakan sekilas, ada beberapa kota yang menjadi latar cerita ketika tokoh Aku (Wahyu) sedang berburu nasi aking. Dalam cerita dikisahkan bahwa tokoh Wahyu membeli nasi sisa dari warung-warung nasi dan kantin-kantin kampus. Kampus dipastikan ada di pusat kota.
Bukti data:
Targetku adalah pedagang makanan yang biasa mangkal di Pasar Rawu, Pasar Lama, Pasar Ciruas, beberapa kantin di kampus –kampus Serang, warung makan, dan ruma makan Padang. Aku bayar meraka tiga ratus rupiah untuk satu ember nasi aking yang aku dapatkan........................

Di Pasar
Latar tempat peristiwa juga secara spesifik diceritkan di pasar. Yaitu tepatnya di bagian akhir cerita ketika tokoh aku mengalami musibah. Diceritakan dalam cerpen bahwa Wahyu sedang dalam perjalanan menuju Jakarta untuk menagih hutang dari pembeli beras akingnya. Sebelum sampai di perjalanan dia mampir ke toilet umum di sebuah pasar.
Bukti data:
Mobil butut tua milik abahku raib ketika hampir sebentar aku ke toilet umum di sebuah pasar. Saat itu mobilku parkir. Mungkin karena ramainya pasar, dan orang tidak ada yang ngeh, jadi mobil itu hilang dengan mudahnya.

Di Rumah
Latar penceritaan juga terjadi di rumah. Bahkan lebih banyak di rumah. Cerita di rumah ini adalah ketika Wahyu bercakap-cakap dengan orang tuanya (dengan Abah dan Emaknya). Berikut data yang menunjukkan bahwa cerita cerpen Beras Aking terjadi di rumah.
Senja aku pulang, dan segera merendam nasi aking itu dalam baskom besar, emak sudah menyiapkan sebelum aku datang.

Dalam data di atas, ada kata aku pulang maka, pulang identik dengan rumah. Data di atas juga berisi cerita bahwa emak sudah menyiapkan berarti ada emak di rumah.

Latar Waktu Cerpen Beras Aking
Ada beberapa latar waktu dalam cerpen Beras Aking, yaitu pagi hari, dan senja atau sore hari.
Berikut data yang membuktikan bahwa latar waktu dalam cerpen Beras Aking terjadi pada pagi hari.
Aku mulai memburu nasi aking mulai pukul tujuh pagi selepas Dhuha.

Dalam data di atas sangat jelas tertulis bahwa cerpent terjadi pada pagi hari. Yang mempertegas adalah tiga kata yaitu, pukul tujuh, pagi, dan selepas dhuha.
Ketiganya (frasa dan kata) dipakai dalam satu rangkaian sekaligus. Pukul tujuh menandakan pagi hari. Kata pagi lebih spesifik lagi menunjukkan waktu pagi. Selepas dhuha juga menunjukkan waktu pagi karena waktu dhuha merupakan beberapa saat waktu setelah subuh berakhir, atau beberapa saat setelah matahari pertama terbit, berarti juga pagi hari.

Data lain yang menyebutkn bahwa latar waktu Cerpen Beras Aking terjadi pada pagi hari ada pada bukti berikut ini:

Pagi ini, untuk pertama kalinya kau merasakan beras aking. Ibu yang memasaknya.

Data di bawah ini secera eksplisit menyebutkan bahwa latar waktu terjadi pada sore hari atau senja.
Senja aku pulang, dan segera merendam nasi aking itu dalam baskom besar,

Data-data di atas menunjukkan bahwa unsur intrinsik latar cerpen Beras Aking terjadi pada pagi dan sore hari.

D. Unsur Intrinsik Alur atau Plot  dalam Cerpen Beras Aking
Jenis alur yang digunkan oleh pengarang dalam Cerpen Beras Aking adalah alur campuran atau sorot balik. Ada cerita di masa kini yang kemudian mengingat cerita masa lalu.
Awalnya tokoh Aku menceritakan kondisi masa kini, yaitu ketika dia mememilih menjadi pedagang beras aking. Di sela-sela cerita tersebut dia ingat masa lalunya dengan teman kuliah yang kuliah sambil berwiraswasta. Selain sorot baik terhadap teman kuliahnya, tokoh Aku juga mengingat kembali masa lalu ketika orang tuanya bekerja keras untuk bisa menyekolahkannya hingga lulus kuliah.
Demi mengisi hari-hariku di kampung, aku beranikan diri untuk membuka usaha beras aking, dari modal tabunganku semasa kuliah, hasil membantu Jhon teman kuliahku yang membuka usaha warung “Pecel Lele.” Jhon adalah satu dari beberapa mahasiswa yang kuliah sambil berwiraswasta. aku kagum dengan dirinya. Dan sebetulnya niatku membuka usaha beras akingku ini selain melihat kondisi rakyat miskin yang kelaparan, juga karena Jhon yang memotivasiku dalam berwiraswasta.

Dalam data di atas tampak jelas bahwa tokoh aku mengingat masa lalunya semasa kuliah. Dalam ingatan tersebut juga ada rangkaian peristiwa. Data di atas menguatkan alur sorot balik.
Dilihat dari ketat longgarnya alur, cerpen Beras Aking memiliki alur yang longgar. Terdapat cerita cabangan. Misalnya ketika menceritakan kegiatannya menjadi pedagang beras aking, juga terdapat cerita yang mengisahkan dua orang pemuda pengangguran.
Untuk pendistribusian, aku ajak dua pemuda masjid di kampung (Girun dan Sholeh) yang selama ini bekerja serabutan dan banyak menganggur. Ibu dan dua adik kembarku Asih dan Esih yang masih duduk dibangku kelas 2 SMU, ikut serta membantu usahaku.

Data di atas merupakan bagian yang menunjukkan bahwa ada cerita cabanga yang keluar dari inti cerita utama tokoh aku sebagai pedagang beras aking. Cerita cabangannya adalah penceritaan dua pemuda masjdi di kampung yang bekerja serabutan dan banyak menganggur. Jika hanya disebut, dibantu oleh dua pemuda tetangganya maka tidak ada cerita cabangannya.

Adapaun analsisi unsur intrinsik cerpen Beras Aking dari segi tahapan alur dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pengenalan tokoh
Tokoh yang dikenalkan adalah tokoh utama, tokoh aku yang bernama Wahyu. Tokoh aku adalah seorang sarjan ilmu komunikasi yang bekerja sebagai pedagang beras aking. Wahyu adalah anak seorang petani penggarap dan peternak yang menjaual hewan ternaknya untuk biaya kuliah Wahyu.
Pemunculan masalah
Masalah mulai muncul ketika abah tidak menyetujui profesi yang dijalani oleh Wahyu. Abah menginginkan anaknya memiliki pekerjaan yang lebih layak.  Dengan alasan, abah sudah membiayai kuliah Wahyu yang tidak murah, bahkan abah mengatakan bahwa dalam membiayai kuliah Wahyu Abah sampai berhutang.
“Bapak menyekolahkan kamu jauh-jauh, mahal, dengan usaha mati-matian, sampai ngutang, supaya kamu bisa dapat kerja yang mapan,”
Masalah memuncak
Masalah mulai memuncak ketika Abah kembali menanyakan perihal pekerjaan Wahyu. Wahyu menjelaskan bahwa dia sudah mendaptkan laba tetapi sedikit. Abah tidak puas dengan yang dipaparkan oleh Wahyu. Abah kembali berharap Wahyu punya penghidupan yang lebih baik lagi.
“Baik sih niat kamu, tapi ya mau sampai kapan terus-terusan usaha beras aking. Itu tidak mencukupi apa-apa. Kelak kamu kan juga harus menabung untuk masa depanmuu.”

Puncak Masalah
Puncak masalah dalam cerpen Beras Aking adalah ketika Wahyu menjalankan usahanya, ada orang yang berhutang banyak ketika membeli berang akingnya. Di sisi lain, Abah semakin mendesak Wahyu untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Ketika hendak berangkat menagih uang ke Jakarta, mobil butut warisan kakeknya hilang ketika diparkir di dekat pasar. Wahyu sangat bingung dengan keadaan tersebut.
Tapi, sesuatu terjadi diluar dugaanku. Belum sempat aku sampai ke toko Engko Chan, musibah menimpa ku. Mobil butut tua milik abahku raib ketika hampir sebentar aku ke toilet umum di sebuah pasar.

Penyelesaian dan Akhir Cerita
Cerpen Beras Aking akhir yang terbuka. Masalah yang terjadi tidak diselesaikan. Wahyu ‘hanya’ bingung dengan kondisinya. Di satu sisi dia ingin menolong orang miskin dan memberdayakan masyarakat sekitar rumahnya. Akan tetapi, di sisi lainnya dia harus membahagiakan orang tuanya. Terlebih setelah hilangnya mobil butut warisan kakenya.
Dengan akhir yang terbuka ini, pembaca dibebaskan untuk memberikan penilaian bagaimana akhir ceritanya.
E. Unsur Intrinsik Konflik Cerpen Beras Aking
Konflik yang muncul dalam cerpen beras aking ada dua jenis, yaitu konflik antar-tokoh dan konflik batin tokoh utama. Konflik antar-tokoh terjadi antara tokoh aku  (Wahyu) yang bertentangan dengan tokoh Abah (orang tuanya).
Konflik antar-tokoh muncul karena perbedaan pandangan terhadap pekerjaan. Tokoh Aku menikmati pekerjaan yang sedang digeluti, selain untuk mendapatkan penghasilan juga dapat memberdayakan tetangganya, selain itu juga mampu membantu menyediakan makanan murah bagi kaum miskin. Sementara tokoh Abah menginginkan tokoh aku memiliki pekerjaan yang lebih baik, yang lebih layak untuk seorang sarajan lulusan ilmu komunikasi yang biaya kuliahnya mahal.
Konflik batin tokoh utama muncul sebagi kelanjutan dari konflik yang pertama. Dalam diri tokoh aku  (Wahyu) terjadi pergolakan batin, haruskah mengikuti saran tokoh abah yang juga orang tua yang membiayainya sekolah. Bertentangan dengan tujuan mulia dalam dirinya yang ingin membantu orang lain.
E. Unsur Intrinsik Sudut Pandang Pengarang Cerpen Beras Aking
Sudut pandang pengarang dalam cerpen Beras Aking yang digunakan oleh pengarang adalah sebagai orang pertama pelaku utama. Pengarang menggunakan kata ganti aku untuk menyebut Wahyu dalam cerita. Jadi, seolah-olah tokoh utama (aku) yang sedang bercerita kepada pembaca.
Bukti:
INI pilihanku ! Aku harus menjalankan usaha beras aking ini!” tekadku tegas dalam hati

Konsekuensi sebagai tokoh utama pelaku utama, pengarang menjadi tidak serba tahu. Pengarang tidak mengetahui mobilnya dicuri orang.

F. Unsur Intrinsik Amanat dalam Cerpen Beras Aking
Amanat yang terkandung dalam cerpen Beras Aking dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Manusia harus memiliki sifat suka membantu orang lain.
Amanat tersebut didapat dari kegigihan tokoh aku bekerja sebagai pedagang beras aking yang bertujuan untuk menyediakan makanan murah bagi orang miskin. Selain itu juga untuk membuka lapangan pekerjaan bagi dua orang tetangganya yang disebut sebagai pemuda masjid di kampungnya.

2. Harus bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu.
Amanat tersebut dapat diambil dari kisah perjuangan tokoh aku yang berangkat pagi untuk bekerja. Berkeliling dari satu tempat ke tempat lain untuk membeli nasi siswa di rumah makan. Juga berjibaku membersihkan nasi yang bercampur dengan lauk pauk sisa yang bau. Dilakukan dari pagi hingga sore, bahkan sampai keesokan harinya.

3. Harus taat pada perintah orang tua.
Amanat tersebut tampak dari kegamangan tokoh aku terhadap pilihan hidupnya karena bertentangan dengan keinginan orang tuanya. Hingga akhirnya tokoh aku mengalami musibah kehilangan mobil.

4. Bekerja dari sedikit untuk kemudiaan menjadi bukit.
Tokoh aku mendapatkan laba sangat sedikit dari beras aking yang dijualnya. Hanya laba 200 rupiah perliter. Tetapi laba tersebut menjadi terlihat banyak ketika volumen yang dijual juga sangat banyak. Mengajarkan bahwa, sesuatu yang besar (banyak) bisa dimulai dari sesuatu yang kecil (sedikit).

Untuk mengetahui unsur-unsur ekstrinsik cerpen Beras Aking karya Ayu Pangestu silahkan klik artikel atau postingan selanjutnya.

Postingan ini tidak dapat disalin-tempel. Analisis Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen Beras Aking dapat diunduh dalam bentuk file pdf.


Silahkan klik DI SINI untuk mengawali proses Download